SLEMAN, KOMPAS — Sejumlah pihak menggelar peringatan 25 tahun wafatnya YB Mangunwijaya di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (10/2/2024). Sosok yang akrab dipanggil Romo Mangun itu dinilai sebagai imam Katolik yang berkarya nyata di luar altar gereja dengan membantu masyarakat yang terpinggirkan.
”Romo Mangun, sebagai orang beriman dan seorang imam, membuktikan imannya secara langsung dan nyata melalui pergulatan, tingkah laku, dan kepeduliannya membantu orang-orang yang membutuhkan,” ujar Uskup Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko, dalam perayaan ekaristi memperingati 25 tahun wafatnya Romo Mangun di Sleman.
Selain sebagai imam Katolik, Romo Mangun juga dikenal sebagai aktivis, arsitek, dan sastrawan. Pada masa Orde Baru, lelaki kelahiran 6 Mei 1929 itu sempat mendampingi masyarakat di pinggir Sungai Code, Yogyakarta, serta mengadvokasi korban penggusuran pembangunan Waduk Kedungombo di Jawa Tengah. Romo Mangun meninggal pada 10 Februari 1999.
Rubiyatmoko menuturkan, meskipun telah meninggal dunia pada 25 tahun lalu, Romo Mangun masih terus diingat oleh banyak orang. Kenangan tentang Romo Mangun itu tidak hanya sekadar tinggal dalam pikiran, tetapi juga ada di karya-karya yang ditinggalkannya.